Minggu, 15 Maret 2009

untuk mu israel

Kau
Kau melihat mereka
Kau mendengar mereka
Kau merasakan mereka
Yang ada di Bumi Gaza

Penderitaan...
Keputusasaan...
Kau tahu semua kejadian
Karena kau tak pernah terpejam

Tapi kenapa Engkau bungkam?
Kenapa Kau biarkan mereka yang kejam?
Apa memang Kau ingin bumi ini jadi kelam?

Aku tahu kau peduli
Jadi, hentikan perang ini
Sudah lelah kuberharap dalam hati
Agar semuanya kembali

ya Allah,aku mesti berdoa

atau meratap?

rumahMu telah dihancurkan

tak ada lagi azan

tak ada lagi kalam ilah

iyang ada tinggal suara ledakan

dan suara tangis yang tertahan

rumahMu tinggal puing

suara azan tinggal sunyi, hening

suara sirene dan suara tangis saling saut

suara bedil dan perih saling taut

pada maut

ya Allah,

aku mesti berdoa

atau meratap?

bukankah Kau maha bijaksana?"

luruskan dan rapatkan saf

kuatkan barisan

kita berjamaah melawan kebiadaban israel"

Allahu akbar!

he.....dinginnn



MAHADUKA ACEH RAYA
Ada Aceh dalam mimpiku, Ada Aceh dalam dagingkuAda Aceh dalam darahku. Ada Aceh dalam nafasku.Ada Aceh dalam paruku. Ada Aceh dalam jantungku. Ada Aceh dalam otakku. Ada Aceh dalam suaraku. Ada Aceh dalam tulangku. Ada Aceh dalam sukmaku Ada Aceh dalam dzikirku. Ada Aceh dalam wiridku. Ada Aceh dalam dukaku. Mahaduka Aceh raya.
Debur-debur maut itu. Gelombang terbang liar itu. Prahara bencana semesta itu. Amok tanah berdarah itu. Gelombang gempa maut itu! Mengubur segalanya: Mengubur bukit-bukit. Mengubur langit. Mengubur tandus daratan kurus. Mengubur lumpur Mengubur ubun-ubun. Mengubur rambut-rambut. Mengubur tangan-tangan. Mengubur wajah-wajah. Mengubur biji-biji mata. Mengubur telinga-telinga Mengubur leher-leher. Mengubur rongga-rongga dada. Mengubur paha-paha. Mengubur kaki-kaki Mengubur tungkai-tungkai. Mengubur jari jemari Mengubur tubuh-tubuh Tubuh Acehku.
Petaka mahamurka itu mengubur raga-raga Raga Aceh raya. Mengubur beribu otak Otak Acehku. Mengubur ruang-ruang. Ruang Acehku. Mengubur waktu Waktu Acehku. Mengubur berjuta impian. Impian Acehku. Lewat rumput-rumput tercerabut Lewat kabut-kabut kemelut Lewat petir gelegar menyambar Lewat gedung-gedung poranda. Lewat gubuk-gubuk remuk Mengatas suara-suara doa Jangan ada jual beli bayi-bayi Jangan ada bisnis proyek bencana Jangan ubah tragik jadi komoditi politik Jangan ada upacara pesta meriah di tengah timbunan jenazah Jangan biarkan Aceh jadi penjara terbesar dunia. Jangan biarkan Aceh jadi kuburan terluas jagat raya. Jangan Tuhan, Jangan. Jangan ya Allah, jangan ya Allah, jangan. Mahadukaku, Aceh. Mahaduka Acehku. Mahaduka beku sepanjang ruang dan waktu.

Selasa, 10 Maret 2009


oh bunga di taman....
tertancap idah di dalam
hati...

oh madu terhirup
manis kan terhirup
di mulut

oh pelangi terlukis
murni suci manis
di angan

kini melayang terbang
tak tau kau mingkin
kau lupa itu

kau lupakan bunga indah mu
kau lupakan madu_madu manismu
kau lupakan suci warna warni mu

dahan batang keindahan
kau tanam dahulu
kau pula patah kan

lebah 2 itu kau piara
kau pula yang musnah kan
mudah kau campak kan

sedang warna warni mu kemana
iya tlah pergi
karna mu

keindahan itu kau buang
sepah2 tinggal nya
kotoran menjijikan kau ada

puisi untuk mu muda mudi

MIMPI KAMI

Mimpi itu tlah lau
Dan kini mimpi menjadi bayang semu

Pelangi kala itu itu berada dalam mimpi
Warna warni nya tutupi bayang sepi

Pagi ku menyapa nya
Malam ku tinggal kan nya

Kini mimpi itu kan coba wujud
Kini mimpi itu kan joba rajud

Mimpi muda mudi pahami bumi
Termasuk kami jalani hidup ini

Sebenarnya badan diri ini
Malu tenpati bumi ini

Seharus nya bumi kami tanami pelangi
Tapi kami kotori panas API

Menjadi murka
Karna ulah nya

Ya kami pancimg kepansan bumi
Yang mula wangi surgawi

Kini kan kami coba rajud nya
Kan coba sejukan hati nya
Mimpi kami muda mudi INDONESIA

Minggu, 08 Maret 2009

CINTAKU JAUH DI PULAU
Cintaku jauh di pulau,
gadis manis, sekarang iseng sendiri
Perahu melancar, bulan memancar,
di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.
angin membantu, laut terang, tapi terasa
aku tidak 'kan sampai padanya.
Di air yang tenang, di angin mendayu,
di perasaan penghabisan segala
Ajal bertakhta, sambil berkata:
"Tujukan perahu ke pangkuanku saja,"
Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!
Perahu yang bersama 'kan merapuh!
Mengapa Ajal memanggil dulu
Sebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!
Manisku jauh di pulau,
kalau 'ku mati, dia mati iseng sendir