Senin, 02 Maret 2009


Surat Kepada Kawan




gadisku...
beribu2 purnama yang telah
tlah kukubur duka itu dalam2
kau tahu mawar yang kurangkai ini untukmu
kau ambil ataupun tidak bukan aku pengusa


seperti etidium bromida
bayang2mu jerat memasuki ruang2 sel hatiku
bahkan menyusup ke dalam celah2 kecil DNA-ku
tak kuasa sungguh tak kuasa aku melawan
aku hanya tanah bumi tak kuasa kau julur akar


oh gadisku...
namun jangan pula kau kira jiwaku tinggal separoh
karna kau tahu aku adalah elang yang tangguh
di sini jiwaku masih hidup walau sinarnya sedikit meredup
mungkin ini bagian dari anugrah
selayaknya kuterjemahkan pula sebagai anugerah


itu mimpi...
saat celotehmu kau tuangkan ke dlm gelas rinduku
saat dingin tak mampu singkirkan hangat kita
itu mimpi...
saat bulan bintang jadi saksi telanjang
di tengah serunai asap belerang
di saat tepat orkestra malam pegunungan memulai pertunjukan
yang nyata bulan bintang selalu bertanya padaku
dalam jangkau kerinduan yang sekarat
tapak2 harmonipun tak pernah ada
yang ada hanya jejak2 pioner, yang kubentangkan jadi jembatan beribu2 purnama yang silam


demikian kau buat aku mengerti tentang cinta
cinta yang selalu memberi
bukan cinta yang mengharap balas iba
bukan cinta yang cengeng
bukan cinta yang telanjang


cinta ada untuk kebahagiaan
karna Tuhan tak mungkin adakan cinta jika cinta itu menyengsarakan
hanya orang2 yang paham dan mengertilah yang dapat merasakan kebahagiaan cinta
dan aku ingin jadi pemenang


bukan keinginan untuk memiliki
cinta lebih suci dari itu, sayang...
berpijarlah terang kau disana
karna mungkin dalam rangkul sayapku
pijarmu malah padam
tetaplah kau adalah kau
kau yang menjunjung tinggi pertemanan dan persahabatan
kau yang suka keterusterangan
kau yang selalu ingin bertualang
kau yang periang (walau kau selalu diam dihadapanku)
kau yang tak sabar dan selalu ingin cepat tahu
dan kau yang penuh misteri


cukup...
aku takkan berusaha lagi tuk melupakanku
itu perbuatan yang sia-sia
dan karna memang aku takkan bisa melupakanmu
karna aku kawanmu...
kuingin bila suatu saat kau dengar namaku
kau kan berkata "dia sahabatku"


sekian...


dulu aku tak paham mengartikan senyum mentarimu


namun sekarang aku mengerti temaram rembulanmu, semoga

1 komentar: